Fluktuasi saham yang kian liar membuat investor berlabuh di reksadana pendapatan tetap, apalagi bagi mereka yang mencari stabilitas tanpa kehilangan potensi cuan. Data OJK mencatat, total dana kelolaan reksadana di Indonesia telah menembus Rp553,2 triliun per Agustus 2025. Ini menandakan minat yang terus melonjak di tengah tren suku bunga tinggi.
Selain individu, institusi besar seperti dana pensiun dan asuransi pun menjadikannya andalan. Namun, apa sebenarnya yang membuat instrumen ini begitu diminati? Mari kenali logika di balik reksadana pendapatan tetap.
Dasar-Dasar: Apa Itu Pendapatan Tetap di Reksadana?
Secara sederhana, produk ini mengelola dana investor ke dalam instrumen surat utang baik obligasi pemerintah maupun korporasi yang memberikan bunga atau kupon rutin. Dari situ investor memperoleh keuntungan utama, selain dari potensi capital gain ketika harga obligasi naik.
Data terbaru menunjukkan, aset kelolaan reksadana pendapatan tetap di Indonesia mencapai sekitar Rp208 triliun per September 2025, tumbuh 27,22% sejak awal tahun.
Beberapa produk bahkan menempatkan hingga 80% portofolio pada obligasi pemerintah, sehingga stabil sekaligus menarik bagi investor moderat. Meski disebut “pendapatan tetap” bukan berarti tanpa risiko.
Investasi dengan instrumen ini terpengaruh oleh suku bunga dan kondisi pasar, hanya saja dengan volatilitas yang lebih terkendali daripada saham.
Potensi Hasil: Konsisten, Bukan Sekadar Instan
Banyak pemula penasaran, keuntungan reksadana per bulan berapa sebenarnya? Jawabannya bergantung pada kinerja obligasi dan arah kebijakan suku bunga. Secara historis, rata-rata return tahunan berada di kisaran 7-9%, yang berarti sekitar 0,6-0,75% per bulan.
Angka ini lebih tinggi daripada deposito yang hanya memberi 3-5% per tahun sebelum pajak. Bahkan beberapa produk unggulan di 2024 berhasil mencatat imbal hasil hingga 7,9% setahun. Namun, keunggulan utama instrumen ini bukan pada angka yang spektakuler, melainkan konsistensi dan fleksibilitasnya.
Anda bisa menikmati pertumbuhan stabil tanpa harus memantau pasar setiap hari. Meski terlihat tenang, instrumen investasi yang satu ini tetap produktif untuk masa depan Anda.
Reksadana Pendapatan Tetap vs Pasar Uang: Mana yang Lebih Tepat?
Kedua instrumen ini sama-sama stabil, tapi karakternya cukup berbeda. Perbedaan utamanya terletak pada jenis aset dan tenor investasinya. Pasar uang fokus pada instrumen jangka pendek di bawah satu tahun, seperti deposito dan surat berharga. Berbeda dengan pendapatan tetap yang berinvestasi pada obligasi berjangka lebih panjang dengan potensi hasil lebih tinggi.
Per juni 2025, dana kelolaan pendapatan tetap mencapai Rp154,3 triliun, lebih besar daripada pasar uang Rp94,7 triliun menandakan kepercayaan investor terhadap potensi jangka menengah. Berikut perbandingan sederhananya:
| Aspek | Pendapatan Tetap | Pasar Uang |
| Imbal Hasil | 7–9%/tahun | 4–6%/tahun |
| Risiko | Menengah | Rendah |
| Likuiditas | Tinggi | Sangat tinggi |
Menggabungkan keduanya dapat menyeimbangkan risiko dan imbal hasil juga lebih optimal.
Pahami Risikonya
Risiko pasar adalah resiko pendapatan tetap yang paling utama, yaitu ketika suku bunga naik dan harga obligasi turun karena efek durasi. Semakin panjang tenor, maka nilainya juga semakin sensitif.
Lalu ada risiko kredit spread bisa melebar atau emiten gagal bayar serta risiko likuiditas, misalnya saat terjadi redemption besar-besaran sehingga manajer investasi terpaksa menjual aset di harga kurang ideal.
Contoh yang pernah terjadi adalah tekanan sistemik yang terjadi di tahun 2022. Industri reksadana mencatat penurunan NAB 12,76% YtD di tahun 2022 akibat gejolak global dan arus keluar dana. Peran manajer investasi juga penting, mengingat tugasnya adalah memilih kredit ketat, menyebar tenor, cash buffer, dan stress test untuk menahan guncangan.
Dari sisi investor, mitigasinya jelas: diversifikasi antara tenor dan penerbit, selaraskan horizon 2-5 tahun (jangan mental trader untuk instrumen ini), terapkan DCA agar rata-rata biaya masuk lebih stabil, dan hindari pencairan saat pasar sedang terkoreksi.
Bukan meniadakan risiko, langkah-langkah ini membuatnya terkendali dan dapat diprediksi.
Berapa Persen yang Realistis Diperoleh?
Indeks pendapatan tetap 2024 membukukan sekitar 7,94% setahun. Secara historis, kelas aset ini bergerak di kisaran 5-7% per tahun, bisa naik ke 8-9% saat suku bunga menurun (harga obligasi menguat), dan bahkan kinerja historis capai 9% per tahun.
Angka aktual akan bergantung pada komposisi portofolio porsi obligasi pemerintah vs korporasi, durasi, serta kualitas kredit. Menariknya, ketika equity minus 1-2%, instrumen ini kerap tetap positif. Ini menandakan bahwa imbal hasil jangka panjangnya cenderung lebih stabil daripada instrumen lainnya yang berisiko tinggi.
Kapan & Bagaimana Memulainya?
Jika Anda masih bertanya-tanya reksadana pendapatan tetap berapa persen keuntungannya, jawabannya bergantung pada kesabaran dan strategi investor. Instrumen ini ideal untuk investor moderat dengan horizon menengah stabil, tapi tetap produktif.
Sebelum memilih, pastikan hal-hal berikut:
- Manajer investasi terdaftar OJK
- Cek kinerja 3-5 tahun terakhir
- Sesuaikan dengan profil risiko Anda
Dengan lebih dari 2.000 produk aktif, riset kecil bisa membuat perbedaan besar. Apabila sewaktu-waktu Anda membutuhkan likuiditas tanpa menjual investasi, produk dana tunai MUFDana dapat menjadi solusi yang praktis, aman, transparan, dan fleksibel.
Pada akhirnya, investasi terbaik adalah yang Anda pahami dan jalani dengan disiplin, termasuk di reksadana pendapatan tetap.
