Wujudkan Semua Mimpi

Reksadana Pasar Uang: Aman, Fleksibel, Cuan

Reksadana Pasar Uang

Reksadana pasar uang kini jadi primadona di dunia investasi, menarik jutaan orang yang ingin menumbuhkan uang tanpa risiko besar. Per April 2025, jumlah investor reksadana di Indonesia menembus 15,35 juta, naik 9,6% hanya dalam empat bulan.

Angka ini mencerminkan pergeseran mindset: masyarakat tak lagi puas dengan uang yang diam di rekening. Mereka ingin investasi yang likuid, mudah, tapi tetap aman. Tak heran, generasi milenial yang menguasai lebih dari 69% pengguna aplikasi investasi digital menjadikannya pilihan utama.

Jadi, apa rahasia di balik popularitas reksadana pasar uang ini? Temukan jawabannya di artikel ini.

Apa Sebenarnya Reksadana Pasar Uang Itu?

Banyak orang menganggap instrumen ini hampir tanpa risiko. Tapi reksadana pasar uang apakah bisa rugi?

Secara sederhana, produk ini mengumpulkan dana dari investor untuk dikelola oleh manajer investasi ke instrumen jangka pendek seperti deposito, surat berharga, atau obligasi tenor di bawah satu tahun.

Likuiditasnya tinggi dan minim fluktuasi plus pencairannya bisa kapan saja. Tak heran kalau jenis investasi ini populer di kalangan pemula. Namun, risiko tetap ada. Kenaikan suku bunga mendadak atau penarikan besar-besaran bisa menekan nilai aset sementara.

Meski begitu, total aset kelolaan produk ini mencapai Rp111,75 triliun per September 2025, tumbuh 30,62% secara tahunan. Ini turut membuktikan kepercayaan investor yang juga meningkat. Tak heran, banyak investor menjadikannya tempat “parkir dana” sebelum masuk ke pasar saham.

Berapa Keuntungan yang Bisa Diharapkan?

Pertanyaan umum yang sering muncul: berapa keuntungan reksadana pasar uang per bulan? Secara historis, produk ini mencatat imbal hasil rata-rata 5-6% per tahun, atau sekitar 0,4-0,5% per bulan, tergantung performa manajer investasi dan kondisi pasar.

Angka ini mungkin terdengar kecil, tapi tetap lebih tinggi daripada deposito yang rata-rata hanya 3-5% per tahun belum pajak 20%. Menariknya, return reksadana pasar uang bebas pajak, sehingga hasil bersihnya bisa lebih unggul. Beberapa reksadana pasar uang dengan return tertinggi, misalnya, menutup akhir tahun 2024 dengan return 6,23% dan 6,14%.

Meski nilainya tak dijamin, pergerakannya cenderung stabil. Kuncinya bukan mencari hasil spektakuler, melainkan konsistensi dan disiplin sesuai tujuan finansial Anda.

Pilihan Syariah: Aman, Etis, Tetap Likuid

Berbeda dari reksadana konvensional, reksadana pasar uang syariah menempatkan dana pada instrumen jangka pendek yang lolos screening syariah: tidak berbasis bunga (riba), tidak mengandung unsur maisir atau gharar, dan menggunakan akad seperti mudharabah (bagi hasil) serta ijarah (sewa atau jasa).

Portofolionya umumnya berupa deposito syariah, sukuk tenor kurang dari satu tahun, atau surat berharga syariah negara yang berisiko rendah serta likuid. Bagi investor Muslim, nilai jualnya ada pada kehalalan dan transparansi serta stabilitas nilai.

Oleh karena itu, instrumen ini cocok untuk parkir dana tanpa harus keluar dari prinsip syariah. Dari sisi perkembangan pasar, per Agustus 2025 aset kelolaan reksa dana syariah mencapai Rp66,71 triliun (tumbuh 31,51% YtD dan 41,71% YoY). Intinya, instrumen ini likuid dan etis serta relevan untuk tujuan jangka pendek.

Risiko yang Perlu Diketahui Sejak Awal

Reksadana Pasar Uang

Meski tergolong paling aman di antara instrumen reksadana lainnya, risiko reksadana pasar uang tetap ada. Nilai Aktiva Bersih (NAB) bisa menurun, misalnya saat suku bunga naik mendadak, ada gagal bayar obligasi, atau terjadi pencairan besar-besaran dalam waktu singkat.

Pada 2022, industri reksadana sempat mengalami penurunan NAB 12,76% secara YtD.[7] Selain kondisi global yang tak stabil, pemicunya adalah aksi net redemption senilai Rp79,11 triliun.

Meski jenis pasar uang tak separah pendapatan tetap, dampaknya tetap terasa. Untungnya, diversifikasi portofolio dan pemilihan manajer investasi yang kredibel serta transparan bisa meredam risikonya. Dengan pemahaman ini, investor tak perlu takut dan justru lebih siap memanfaatkan momentum dengan cerdas tanpa panik setiap kali pasar bergejolak.

Dibanding Deposito, Mana yang Lebih Untung?

Reksadana Pasar Uang

Perbedaan reksadana pasar uang dan deposito terlihat di tiga hal: fleksibilitas, hasil bersih, dan fluktuasi. Deposito memang memberi imbal hasil yang tetap, tapi kurang fleksibel. Apabila Anda mencairkan dana sebelum jatuh tempo, umumnya Anda harus menanggung penalti.

Suku bunganya juga bervariasi, mencapai 3-7,5% per tahun (bruto) dan masih harus potong pajak 20%. Namun suku bunga tinggi tersebut (7,5%) umumnya berlaku untuk produk bank digital atau deposito yang bersifat promosi. Sebaliknya, pasar uang bersifat likuid. Nilainya bisa sedikit fluktuatif, tapi rata-rata imbal hasil historis 5-6% per tahun (neto pajak) kerap terasa lebih tinggi dari tabungan maupun deposito reguler.

Untuk dana yang benar-benar tak boleh turun sama sekali, deposito terasa aman karena nilainya tetap. Namun, untuk dana kas yang ingin tetap produktif dan mudah dicairkan, pasar uang lebih efisien. Intinya, ini bukan kompetisi pilih yang sesuai kebutuhan cashflow dan profil risiko.

Lebih dari apa pun instrumen ini cocok untuk pemula yang ingin belajar investasi tanpa tekanan besar. Dengan disiplin dan pemahaman risiko, uang yang yang biasanya mengendap bisa tumbuh perlahan.

Namun, jika Anda membutuhkan dana cepat tanpa harus menjual unit investasi yang sedang tumbuh, pinjaman jaminan BPKB dari MUFDana adalah solusi pendanaan fleksibel dengan proses transparan dan aman untuk menjaga arus kas Anda tetap sehat.

Pada akhirnya, literasi finansial adalah langkah awal untuk memahami dan memastikan potensi reksadana pasar uang.

Wujudkan semua mimpi Anda dengan MUFDANA. Dapatkan pinjaman dana hingga Rp500 juta!

AJUKAN SEKARANG