Dalam rumah tangga, baik suami maupun istri harus saling bekerja sama mengatur keuangan keluarga dengan baik. Tanpa disadari, hal ini bisa jadi indikator kebahagiaan keluarga untuk jangka panjang.
Besarnya penghasilan bulanan memang selalu jadi faktor utama dalam keuangan keluarga. Meski demikian, besar atau kecil gaji juga tidak jadi masalah asal Anda tahu kuncinya.
Kondisi keuangan saat sudah berkeluarga dan waktu masih lajang tentu berbeda. Mulai sekarang, mulailah cara yang tepat sesuai dengan panduan mengatur keuangan keluarga berikut ini.
Cara Cerdas Mengatur Keuangan Keluarga
Tips ini tidak ditujukan spesifik untuk keluarga berpenghasilan bulanan tertentu. Siapapun, dengan penghasilan berapapun, bisa belajar dan menerapkannya dalam keuangan rumah tangga.
1. Menerapkan Sistem Zero Budgeting
Data yang Anda perlukan untuk menerapkan sistem ini adalah mencatat detail pengeluaran dalam mengatur keuangan keluarga Anda setiap bulan. Catat apa saja kebutuhannya dan berapa biayanya.
Singkatnya, sistem zero budgeting ini adalah membuat rencana anggaran yang langsung menghabiskan seluruh gaji bulanan Anda.
Misalnya Anda punya gaji Rp 5 juta, maka dalam tabel perencanaannya semua pengeluaran juga harus Rp 5 juta. Dengan kata lain, hasil akhirnya adalah nol.
Akan tetapi ini cuma rencana. Pada akhirnya, gaji Anda mungkin masih akan bersisa. Segera alokasikan dana sisa tersebut untuk menabung atau investasi. Supaya tidak bingung, lihat contoh tabel perencanaan mengatur keuangan keluarga di bawah ini.
Kas Masuk | Bulanan (Rp.) | Tahunan (Rp.) |
Gaji bersih | 5.000.000 | 60.000.000 |
Tunjangan Hari Raya | 0 | 5.000.000 |
Total | 5.000.000 | 65.000.000 |
Kas Keluar (Tetap) | Bulanan (Rp.) | Tahunan (Rp.) |
Tabungan / Investasi | 500.000 | 6.000.000 |
Nafkah Istri | 800.000 | 9.600.000 |
Asuransi | 200.000 | 2.400.000 |
Sewa Hunian | 1.500.000 | 18.000.000 |
Total | 3.000.000 | 36.000.000 |
Kas Keluar (Variabel) | Bulanan (Rp.) | Tahunan (Rp.) |
Belanja | 900.000 | 10.800.000 |
Listrik | 500.000 | 6.000.000 |
Transportasi | 250.000 | 3.000.000 |
Pulsa dan Kuota | 100.000 | 1.200.000 |
Hiburan | 250.000 | 3.000.000 |
Total | 2.000.000 | 24.000.000 |
Total Pengeluaran | 5.000.000 | 60.000.000 |
Total Arus Kas Bersih | 0 | 5.000.000 |
2. Pangkas Kebutuhan Tidak Penting
Setelah berkeluarga, beberapa kebutuhan Anda waktu masih lajang mungkin tidak perlu jadi prioritas lagi. Contohnya membeli barang-barang seputar hobi.
Kebutuhan tersebut sebaiknya Anda pangkas sehingga dananya dapat dipindahkan untuk rencana mengatur keuangan keluarga yang lain. Biaya anak sekolah sekarang mahal, jadi Anda harus memikirkan ini secara serius.
Akan tetapi sebaiknya lakukan double check terhadap pemangkasan tersebut. Pastikan kebutuhannya benar-benar tidak terlalu penting untuk keluarga.
Di satu sisi, buatlah suatu perencanaan yang realistis. Jangan terlalu hemat sampai-sampai malah terkesan pelit ketika mengeluarkan uang.
3. Hindari Menambah Utang Bersifat Konsumtif
Utang konsumtif secara perlahan dapat mengurangi kekayaan bersih dan dapat mengganggu rencana Anda dalam mengatur keuangan keluarga. Tidak punya pemasukan pasif tetapi pengeluaran pasif terus bertambah akibat utang.
Tidak masalah jika memang harus berutang, asalkan untuk suatu hal yang produktif, contohnya pinjaman modal usaha. Atau cicilan kredit mobil atau kredit motor demi menunjang mobilitas keseharian atau pekerjaan. Akan tetapi Anda juga harus menjaga agar utang tidak terlalu besar.
Supaya mendapat gambaran tentang alokasi dana yang ideal, simak rumus mengatur keuangan rumah tangga di bawah ini.
POS | Alokasi |
---|---|
Biaya Hidup dan Cicilan | 60% |
Tabungan dan Investasi | 15% |
Gaya Hidup | 10% |
Dana Darurat dan Investasi | 10% |
Sosial, Zakat, Sedekah | 5% |
4. Wajib Punya Dana Darurat
Apa bedanya dana darurat dan tabungan?
Dalam mengatur keuangan keluarga, menyisihkan sebagian pendapatan untuk dana darurat tidak kalah pentingnya dengan tabungan.
Dana darurat adalah uang yang sengaja Anda sisihkan untuk kebutuhan di luar rencana dan tabungan. Kegunaannya usahakan hanya ketika ada kebutuhan mendesak.
Contohnya selama pandemi Covid-19, banyak orang menggunakan dana darurat karena mereka kehilangan pekerjaan dan penghasilan menurun.
Dengan adanya dana darurat Anda tidak harus mengurangi jumlah alokasi gaji untuk investasi, menabung dan kebutuhan lain.
Seperti terlihat pada tabel sebelumnya, sebaiknya sisihkan minimal 5% dari gaji sebagai dana darurat. Memang tidak perlu besar, yang terpenting konsisten setiap bulannya.
5. Kelola Keuangan Bersama Pasangan Dalam Mengatur Keuangan Keluarga
Apabila Anda dan pasangan sama-sama berpenghasilan, sangat disarankan untuk membuat perencanaan berdua. Hitung persentase pembagian keuangan rumah tangga bersama.
Pastikan pasangan bisa saling mengerti dan memahami bahwa mengatur keuangan keluarga harus terencana dengan baik. Bagaimanapun, tujuannya adalah demi kebaikan bersama.
6. Memantau Kesehatan Keuangan Secara Rutin
Terakhir, jangan lupa untuk selalu mengevaluasi bagaimana Anda mengatur keuangan pada periode sebelumnya. Apakah semuanya baik-baik saja perlu adaptasi baru karena adanya perubahan kebutuhan.
Keuangan keluarga yang sehat dapat Anda perkirakan dengan melihat beberapa rasio.
Rasio utang konsumtif | 0% |
Rasio cicilan | kurang dari 30% |
Rasio dana darurat | 12 kali penghasilan |
Rasio biaya tetap terhadap pendapatan | terpenuhi seluruhnya |
Kelola Keuangan Keluarga dengan Bijak
Banyak hal yang perlu dibenahi dalam pengelolaan keuangan ketika Anda sudah berkeluarga apalagi jika sudah punya anak. Kebutuhan pasti jadi lebih banyak, sementara pemasukan mungkin peningkatannya tidak seberapa.
Dengan membuat perencanaan bersama pasangan, Anda akan bisa mengatur keuangan keluarga dengan lebih baik. Setidaknya semua biaya bulanan dapat terpenuhi dan ada sisa untuk mempersiapkan masa depan.